Analisis Kebutuhan Kurikulum

ANALISIS KEBUTUHAN KURIKULUM

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentu arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita juga termasuk komunitas dalam bidang pendidikan, baik dalam lembaga formal maupun informal. Kita selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

Dalam kurikulum tentunya tidak terlepas dari berbagai kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam kurikulum itu sendiri. Dalam makalah ini kami mencoba memfokuskan pembahasan pada analisis kebutuhan kurikulum.

B.       Rumusan Masalah

Bagaimanakah analisis tentang kebutuhan kurikulum


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurikulum

Banyak yang memahami bahwa kurikulum berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaran yang harus dimiliki peserta didik, sehingga perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Benarkah demikian? Apakah kurikulum hanya berkaitan dengan bahan ajar? Apakah aktivitas siswa mempelajari bahan ajar tidak termasuk kurikulum? Pada dasarnya persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar akan tetapi persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi pelajaran, serta persoalan-persoalan lainnya yang berkaitan dengan hal itu.

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari mulai start sampai finish.[1]

Pada hakekatnya kurikulum merupakan rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Kurikulum menjadi pemandu yang mengarahkan kemana anak didik itu akan dibawa dan bagaimana proses itu dilakukan dan kemudian hasilnya dinilai.

Sebelum abad keduapuluh, istilah kurikulum belum banyak digunakan dalam konteks pendidikan. Konsep-konsep kurikulum baru mulai berkembang dalam dunia pendidikan setelah diterbitkannya buku The Curriculum oleh Franklin Bobbitt pada tahun 1918. Sejak saat itulah mulai bermunculan berbagai konsep tentang kurikulum dari para ahli pendidikan.

Pada mulanya kurikulum didefinisikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. Inilah pengertian kurikulum menurut pandangan lama. Implikasi dari konsep ini adalah:[2]

  1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau.
  2. Membentuk siswa menjadi manusia intelektualis.
  3. Pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
  4. Tujuannya adalah untuk memperoleh ijazah.
  5. Keharusan bagi siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.
  6. Sistem penyampaian adalah system penuangan.

Dalam pandangan modern, kurikulum bukan hanya merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, akan tetapi sekupnya lebih laus sehingga mencakup segala proses pembelajaran baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dapat dilihat misalnya dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan modern. Telah  dikemukakan beraneka ragam definisi kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan modern, di antaranya adalah:[3]

  1. Ralp Tyler : All of the learning of students which is plenned by and directed by the school to attain its education goals.
  2. E.Eisner : By “curriculum” we mean the planned experiences offered to the learner under the guidance of the school.
  3. A. Glatthorn : The curriculum is the plans made for guiding learning in schools, usually represented in retrievable documents several levels of generality, and the actualization of those plans in the classroom, as experiented by the learners and as recorned by an observer; those experiences take place in a learning environment which influences what is learned.
  4. J. Wiles and J. Bondi : … the curriculum is a goal or set of values, which are activated through a development for students. The degree to which those experiences are a true representation of the envisioned goal or goals is direct function of the effectiveness of the curriculum development efforts.
  5. Oemar Hamalik : “Curriculum is interpreted to mean all of the organized cources, actifities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not”

Implikasi dari konsep kurikulum semacam ini adalah:[4]

  1. Kurikulum tidak hanya terdiri atas mata pelajaran, akan tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman.
  2. Tidak ada pemisahan antara intra dan ekstra kurikulum.
  3. Pelaksanaan kurikulum, baik di dalam maupun di luar kelas.
  4. Guru perlu menggunakan berbagai kegiatan belajar mengajar secara bervariasi.
  5. Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi dan belajar cara hidup.

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum merupakan keseluruhan rencana dan aktifitas yang diselenggarakan dan diorganisasi oleh sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka mencapi tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam bahasan ini kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, pengalaman  yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang penacapian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen, serta evaluasi dokumen yang telah disusun.

B.     Peran dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Sebagai salah satu komponen dalam system pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai tiga peran yaitu:[5]

  1. Peran Konservatif, yakni melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.
  2. Peran Kreatif, yakni kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan social masyarakat.
  3. Peran Kritis dan Evaluative, yakni menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya yang harus dimiliki peserta didik.

Dilihat dari cakupan dan tujuannya kurikulum memiliki empat fungsi, diantaranya sebagai berikut:

  1. Fungsi Pendidikan Umum, yaitu mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
  2. Fungsi Suplementasi, yaitu memberikan pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat mereka.
  3. Fungsi Eksplorasi, yaitu menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing peserta didik.
  4. Fungsi Keahlian yaitu, mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahlian yang didasarkan pada minat, dan bakat siswa.

C.    Analisis Kebutuhan Kurikulum

Dari definisi kurikulum di atas terlihat banyak sekali hal-hal yang dibutuhkan dalam kurikulum. Kebutuhan dalam kurikulum ini yaitu semua hal yang bisa membantu, dan mendorong agar tujuan dari kurikulum dapat dicapai. Diantara kebutuhan kurikulum yang dimaksud secara garis besar  sebagai berikut:

Tujuan

Tujuan kurikulum mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.

Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur. Sebagian pakar mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin mudah dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru waktu pelajaran berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.

Jadi, tujuan umum menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur. Tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi (sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan instruksional.

Sebelum memahami istilah tujuan ada dua istilah utama yang harus di pahami yaitu “Goals” dan “Objectives”. Goals cenderung lebih menekankan pada tujuan yang bersifat umum dan belum bisa diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik. Objectives cenderung mengarah pada pemahaman mengenai tujuan yang sudah dapat diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.

Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran:

  1. Tujuan Pendidikan Nasional.
  2. Tujuan Institusional.
  3. Tujuan Kurikuler.
  4. Tujuan Pembelajaran Umum.
  5. Tujuan Pembelajaran Khusus.

Bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 domain, yaitu:

Domain Kognitif

Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa, sintesis dan evaluasi.

Domain Afektif

Afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan karakterisasi nilai.

Domain Psikomotor

Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception), kesiapan, meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption) dan menciptakan (organization).

Adapun tujuan umum dari kurikulum bahasa Arab adalah mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan tujuan khusunya adalah agar pesrta didik memiliki pengetahuan dan kecakapan berbahasa Arab dan mampu menggunakannya sebagai alat komunikasi.[6]

Materi

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

  1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
  2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
  3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
    Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi:

1)      Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.

2)      Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.

Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:

  1. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
  2. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
    Materi kurikulum mengandung asfek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum, yang meliputi :

1)      Teori

2)      Konsep

3)      Generalisasi

4)      Prinsip

5)      Prosedur

6)      Fakta

7)      Istilah

8)      Contoh atau ilusterasi

9)      Definisi

10)  Preposisi

Kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :

  1. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.
  2. Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
  3. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
  4. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
  5. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
  6. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
    Banyak kegagalan dalam hal ini karena guru tidak bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar.
  7. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran. Metode dalam pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan.[7] Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah ditentukan.

Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa metode.

Metode pembelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu penyusunannya harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulumdan berdasarkan perilaku awal siswa (entry behavior).

Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :

  1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).
  2. Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).
  3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).

Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan sejenisnya.

Strategi pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery Learning; serta strategi Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah dikemas sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara penuh, mencari dan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan sebagainya maka itu metode yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.

  1. Organisasi Kurikulum

Komponen organiasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi: horizontal dan vertikal. Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi. Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa hubungan longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.

Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:[8]

  1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).

Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan siswa semua dipandang sama.

  1. Mata pelajaran berkorelasi (correlated).

Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata pelajaran.

  1. Bidang studi (broad field).

Organisasi kurikulum berupa pengumpulan  beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.

  1. Program yang berpusat pada anak (child centered).

Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.

  1. Inti masalah (core programs).

Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari suatu mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.

  1. Eclectic program

Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajar dan peserta didik.

Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran / pengalaman belajat yaitu:

  1. Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”
  2. Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara semua materi pelajaran yang terkait.
  3. Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan secara vertikal.
  4. Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Umpama untuk mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus dan berulang-ulang.
  5. Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua asfek yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami materi, baik pada asfek personal, sosial maupun intelektual.
  6. Evaluasi

Evaluasi merupakan alat untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Evaluasi merupakan salah satu kebutuhan kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.
Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :[9]

  1. Penilaian awal pembelajaran
  2. Penilaian proses pembelajaran
  3. Penilaian akhir pembelajaran.

Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas, obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat. Dalam evaluasi dapat dukelompokan kedalam dua jenis yaitu:

  1. Tes

Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang konsisten.

Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan.
Tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang akan datang.

Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.

  1. Non Tes

Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :

1)      Observasi

Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi. Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat.

2)      Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang akan dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data subjek melalui pelantara.

3)      Studi kasus

Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus.

4)      Skala Penilaian

Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif, sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.


 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Kurikulum merupakan keseluruhan rencana dan aktifitas yang diselenggarakan dan diorganisasi oleh sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka mencapi tujuan pendidikan yang diinginkan. Adapun hal-hal yang dibutuhkan dalam kurikulum diantaranya yaitu, tujuan, materi, metode, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Kesemuanya itu saling berkaitan, sehingga jika salah satu tidak ada maka jalannya kurikulum akan terhambat.

B.       Saran

Semoga apa yang telah kami paparkan diatas dapat bermanfaat. Kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Penulis masih dalam tarf belajar, jadi mohon dimaklumi jika masih banyak terdapat kesalahan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Didi, Sukiyudi, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : UPI Press, 2006.

E, Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2002.

Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Jakarta: Global Pustaka Utama, 2006.

Hamalik, Oemar, Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Bandung: Trigenda Karya, 1993.

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1993.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.


[1] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 3.

[2] Oemar Hamalik, Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 67.

[3] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1993), 88.

[4] Oemar Hamalik, Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 18.

[5] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 13.

[6] Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Global Pustaka Utama, 2006), 54.

[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 97.

[8] Mulyasa E, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung : PT. Remaja RosdaKarya, 2002), 56.

[9] Sukiyudi Didi, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung : UPI Press, 2006), 87.

Leave a comment